Selasa, 22 Maret 2016

Kerajinan Gerabah, Produk UKM Khas Klaten



Gerabah khas Klaten (foto : kesolo.com)

Saat melintas di jalan Wedi-Bayat, tepatnya di Desa Melikan, Bayat, Klaten, tampak berjejer penjual kerajinan gerabah di sepanjang jalan. Pemandangan ini terlihat jelas saat kita memasuki gapura “Selamat Datang di Desa Keramik Pager Jurang”. Sebagai penanda bahwa kita memasuki desa pengrajin keramik dan gerabah. Hampir seluruh rumah di desa ini memproduksi jenis kerajinan gerabah.

Kabarnya, desa ini memiliki cerita sejarah sehingga seluruh penduduknya membuat kerajinan gerabah. Konon ada kaitannya dengan legenda Ki Pandadaran, tokoh legendaris penduduk desa Melikan yang dikenal sangat bijaksana dan disegani. Pada satu waktu, kawanan perampok beraksi di desa Melikan. Si perampok tidak menyadari bahwa orang yang dia rampok adalah ki Pandadaran, orang yang amat disegani di desa itu. Setelah tau siapa calon korban nya, si perampok pun bertaubat, dan memilih untuk mengabdi dan berguru kepada Ki Pandadaran. 

Singkat cerita. Ki Pandadaran menerima si perampok sebagai murid. Agar si murid bisa konsisten di jalan yang benar, setiap hari ki Pandadaran menugaskannya untuk mengisi gentong dan keranjang. Maka setiap hari si murid harus membuat satu gentong (gerabah), yang akhirnya banyak penduduk yang meniru aktifitas membuat gerabah. Hingga kini, ilmu membuat kerajinan gerabah di turunkan ke anak cucu penduduk desa Melikan. Tak heran di desa ini anak usia SD juga sudah mahir membuat kerajinan gerabah.

Biasanya, warga Melikan akan membuat aneka keramik cantik setiap harinya, dan akan di setor kepada pemilik outlet yang ada di sepanjang jalan raya Wedi-Bayat dengan sistem konsinyasi. Uniknya, hasil karya pengrajin gerabah antara rumah yang satu dengan lainnya akan memiliki ciri tersendiri, sehingga mereka akan mengenali, milik keluarga yang mana yang sudah laku dan yang belum. Sifat kreatif ini yang menjadikan kerajinan gerabah dan keramik desa Melikan terkesan unik dan berkarakter.  

Pada tahun 2003, teknik perbot miring adalah salah satu teknik pembuatan kerajinan gerabah yang dipatenkan menjadi cirikhas produk desa Melikan. Teknik ini merupakan teknik kuno pembuatan keramik yang tergolong langka yang hampir punah, didunia hanya ada lima lokasi, salah satu nya di Melikan. Untungnya budaya turun temurun ini masih konsisten dijalankan oleh warga Melikan, sehingga bisa lestari. Untuk mendukung kelestarian teknik perbot miring, pemerintah daerah Kabupaten Klaten telah memasukan pelajaran seni kerajinan gerabah desa Melikan kedalam mata pelajaran di salah satu SMK di kabupaten Klaten.

Produk kerajinan gerabah desa Melikan sudah menyebar di sekitar Kabupaten Klaten dan sekitarnya, seperti kota Surakarta dan kota Yogyakarta. Namun harga jual disana umumnya lebih mahal.  Bukan hanya di dalam  negeri, tapi dengan teknik unik pembuatan gerabah yang dimiliki oleh desa Melikan, membuat kerajinan gerabah dapat bersaing di kancah internasional. bahkan market nya sampai ke Eropa.

Jenis produk gerabah di desa Melikan beraneka ragam, dari mulai guci bermotif, gerabah keramik berbentuk hewan seperti singa, gajah, ayam, badak dan karakter binatang lainnya, ada juga kursi gerabah, patung manusia, dan aneka gerabah kecil lainnya. Harga jual kerajinan desa Melikan bervariasi, kisaran harganya dari mulai seribu hingga jutaan rupiah tergantung bentuk, ukuran, dan jenisnya.

Kini, desa Melikan sudah dinobatkan sebagai desa Wisata Kerajinan Keramik dan Gerabah. Banyak wisatawan dari berbagai kota berkunjung ke desa Melikan untuk membeli gerabah langsung ke para pengrajin. Selain lebih murah, mereka juga bisa melihat langsung proses pembuatannya.

Tertarik untuk ke desa Melikan? yuk!, bikin jadwal kesana untuk wisata edukasi seni pembuatan kerajinan gerabah.

1 komentar:

Jika ada ide, saran, atau kritik, silakan tulis disini :